Selasa, 19 Januari 2016

John Lie Pejuang Keturunan Tionghoa Pertama Yang Diangkat Pahlawan Nasional

Kalau saya sebutkan Imam Bonjol, pangeran Diponogoro atau Jendral Soedirman anda pasti tahu pahlawan tersebut berasal darimana namun jika saya sebutkan satu nama seperti Jahja Daniel Dharma Laksamana Muda TNI (Purnawirawan) atau yang lebih dikenal sebagai John Lie mungkin sebagian orang akan mengkerutkan kening karena memang beliau satu-satunya pejuang keturunan tionghoa yang di anugrahi Pahlawan Nasional namun terlepas dari semua itu paradigma yang ada dimasarakat beranggapan bahwa keturunan tionghoa itu tidak nasionalis, tidak patriotisme dan sebagainya karena dalam banyak catatan sejarah keturunan tionghoa itu dicap sebagai penjilat kolonialis.

            Tapi tak sepantasnya pula kita mendiskreditkan semua keturunanan tionghoa itu seperti itu karena masih banyak keturunan tionghoa yang memiliki sifat patriotik dan berjasa bagi tanah kelahirannya dan disini saya khusus saya akan menulis Biografi dari John Lie baiklah beliau ini merupakan pria kelahiran manado 9 Maret 1911 dari pasangan Lie Kae Tae dan Oie Tjeng Nie Nio leluhur john diketahui berasal dari daerah Fuzhou dan Xiamen, China yang pada abad ke-18 sampai ketanah Minahasa.
       Pada usia 17 tahun, John meninggalkan tanah kelahirannya menuju Batavia dan kemudian menjadi buruh di pelabuhan Tanjung Priok. Dia bekerja sebagai mualim kapal pelayaraan niaga milik Belanda KPM lalu tak beberapa lama kemudian ia bergabung dengan Kesatuan Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS) sebelum akhirnya diterima di Angkatan Laut RI.Semula John diperintahkan untuk bertugan di Cilacap dengan pangkat Kapten. Di pelabuhan ini selama beberapa bulan di menorehkan prestasi dengan berhasil membersihkan semua ranjau yang tanam jepang untuk menghadapi pasukan sekutu.Atas jasanya ini, pangkatnya dinaikan menjadi Mayor. Dia lalu ditugaskanuntuk mengamankan pelayaran kapal yang mengangkut komoditas ekspor Indonesia yang diperdagangkan di luar negri dalam rangka mengisi kas negara yang saat itu masih tipis
Di awal tahun 1947, John pernah bertugas mengawal kapal yang membawa 800 ton karet untuk diserahkan kepada Kepala Perwakilan RI di Singapura, Utoyo Ramelan. Sejak itu, dia secara rutin melakukan operasi menembus blokade Belanda. Karet atau hasil bumi lain yang telah berhasil dibawa ke Singapura dibarter dengan senjata yang nantinya akan diserahkan kepada pejabat Republik Indonesia di Sumatera sebagai sarana perjuangan melawan Belanda. Perjuangan mereka tidak ringan karena selain menghindari patroli Belanda, juga harus menghadang gelombang samudera yang relatif besar untuk ukuran kapal yang mereka gunakan. Untuk keperluan operasi ini, John Lie memiliki kapal kecil cepat yang dia namakan the Outlaw. Bersama kapal ini, John selalu berhasil menembus barikade Belanda yang peralatan tempurnya jauh lebih hebat dari pada milik Angkatan Laut Indonesia. Berkali-kali dia juga berhasil mengelabui Belanda. Berulang kali John selamat dari kejaran kapal-kapal musuh.

Pada awal 1950 ketika berada di Bangkok, John dipanggil pulang ke Surabaya oleh KSAL Subiyakto dan ditugaskan menjadi komandan kapal perang Rajawali. Pada masa berikut dia aktif dalam penumpasan RMS (Republik Maluku Selatan) di Maluku. John mengakhiri pengabdiannya di TNI Angkatan Laut pada Desember 1966 dengan pangkat terakhir Laksamana Muda. John meninggal dunia karena stroke pada 27 Agustus 1988 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Atas segala jasa dan pengabdiannya, pada 10 Nopember 1995 John dianugerahi Bintang Mahaputera Utama yakni Bintang Mahaputera Adipradana oleh Presiden Soeharto dan pada 9 November 2009 John dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.


 Sumber : www.merdeka.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar